Rabu, 22 Juni 2011

The Truth of Love (Chapter 1 : my story)

Hai, ini novel ku yang ke 2. berbeda dari novel pertamaku. yang ini bukanlah lanjutan dari novel pertamaku, jadi harap maklum ya.. ^^. dan di novel ini aku menggunakan bahasa baku untuk penulisannya. semoga gak terlalu norak ya. selamat membaca.


Universitas . Sebuah lembaga yang terlihat sangat formal namun penuh dengan cerita. Setidaknya itulah yang aku ketahui semenjak aku menginjakan kaki di Universitas ini beberapa tahun yang lalu. Namun hal itu tidak terlalu melekat kepada diriku yang hanya memiliki seorang sahabat saja. Aku memiliki teman sperti yang lain, namun aku tidak terlalu dekat. Ada saja sebab kami kurang bisa dekat, sebagian dari teman temanku melakukan kerja sambilan. Ada juga yang sibuk mengerjakan tugas dan pergi dengan teman yang lainya. Walaupun jarang.
Namun hal itu tidak membuatku merasa kesepian dengan adanya Diego yang selalu menemaniku. Bahkan aku bisa mengajaknya untuk mengerjakan tugas tugasku. Namun sayangnya kami berbeda fakultas. Ia beada di fakultas Ekonomi. Dan aku berada di fakultas sosial. Namun kami dapat saling membantu jika kami membutuhkan.
Aku jadi teringat kalau ada janji denganya siang ini di Caffetaria. Aku lantas bergegas  menuju caffetaria untuk tidak membuatnya menunggu.

“Hey.. sudah lama disini?” Tanyaku.
“Baru saja sampai” Jawabnya sembar tersenyum
“Apa kau bisa membantuku hari ini? Aku sedang banyak tugas”. Pintaku
“Kebetulan sore ini aku tidak ada acara. Memangnya tugas apa?”
“Masalah HAM. Aku diminta untuk membuat bahan makalah yang harus dikumpulakan sabtu ini”
“Bukankah ini masih hari Rabu?”
“Bergegas untuk masa depan lebih baik daripada berjuang dalam penghujung waktu. Bukanya itu yang menjadi prinsip kita untuk menyelesaikan sekolah?”
“Jadi dimana kita  akan mengerjakanya?”
“Kita pergi ke musium,,” Jawabku sembai merapikan jaket. Lalu aku tersadar jika aku mengucapkan kata yang salah dan membuatnya bingung “Eh!! Maksudku perpustakaan umum!”
“Haha.. Jangan suka melamun kalau sedang berbicara”
“Ayolah kita berangkan sekarang. Kau tidak sedang punya jadwal kuliah sore kan?”

Kami berangkat menuju Perpustakaan yang kebetulan tidak jauh dari kampus kami. Hanya berjalan selama 15 menit juga sudah sampai. Namun kami sampai dalam waktu 20 menit karena sempat mampir ke toko ice cream.
Sesampainya kami disana, kami langsung menuju tempat dimana buku buku sosiologi berada. Ada kemungkinan juga kami berbelok ke rak buku tentang kewarga negaraan. Karena aku rasa kedua ilmu itu hampir sama. Aku dan Diego sibuk menemukan buku yang cocok untuk tugasku ini. Hal itu dikarenakan hanya bebeapa buku yang membahas masalah yang aku cari saat ini. Dan beberapa buku lainnya membahas tentang ideologi, dan yang lain.

“Apa sekiranya ini sudah cukup?” Tanya Diego yang membawa 5 buku tebal.
“Hmm.. Mungkin” Jawabku sembari mengotak atik rak. Namun aku langsung merubah jawabanku setelah aku melihatnya “Sepertinya cukup”.

Malam tiba, tak terasa besok adalah hari pengumpulan dari karya tulis ini. Mau tidak mau aku bekerja melembur. Sepertinya aku termakan perkataanku sendiri beberapa hari yang lalu. Mungkin aku perlu lebih berhati hati untuk masalah ini lain waktu.
Pagi datang, hari ini aku mendapat jadwal kuliah pagi. Meskipun aku tidur terlambat, aku tidak mau terlambat kuliah hari ini. Karena itu akan membuat catatan buruk yang susah dihilangkan dengan sistem yang diberlakukan di kampusku.
Aku bergegas merapikan kamar dan bersiap menuju kampus. Selama dalam perjalanan di angkutan umum, aku merasa sedikit lapar karena tidak sempat sarapan.
Tak lama aku sampai juga di kampus. Namun bukan berarti perjuangan sudah berakhir. Aku masih harus berlari ke lantai 3. Aku sebenarnya tidak mau melakukan hal ini karena aku sudah tidak sanggup. Namun aku tidak percaya jika aku dapat melakukannya dengan waktu 4 menit. Padahal jaraknya sangat jauh.
Aku tertegun melihat kelas yang rapi dengan teman temanku yang sudah bersiap menyambut dosen. Namun beruntung aku tidak terlambat. Lalu aku berjalan dan duduk dengan ter engah engah.

“Kau gila, kau hampir saja terlambat” Ujar koko.
“Aku kesiangan”

Belum sempat Koko membalas jawabanku, dosenpun datang sehingga dia tak dapat berbicara.
Setelah beberapa pembahasan yang tidak dapat aku mengerti, akhirnya dosenpun meminta untuk mengumpulkan karya tulis yang ditugaskan beberapa hari yang lalu.

“Kumpulkan karya tulis yang saya minta kemarin” Perintahnya.

Semua mengumpulkan dengan rasa was was, mungkin mereka takut jika karya tulisnya tidak diterima. Namun aku tidak sempat merasakan hal itu karena aku sedang merasakan pusing yang berdenyut di kepalaku. Mungkin efek ‘kerja keras’ tadi pagi.

“Kau kenapa Chika? Kau kelihatan kurang sehat”
“Saya tidak papa pak” Namun pandanganku menjadi buram dan akhirnya gelap sama sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jangan lupa komentar ya :)